KAJIAN MAKNA PADA AKSESORI PAKAIAN ADAT LAMPUNG PEPADUN (The Study of Semantics on Lampoong Pepadun Clothes Accessories)

Roveneldo Roveneldo

Abstract


Penelitian ini membahas tiga hal, (1) apa saja nama dan makna aksesori pakaian adat Lampung Pepadun dikaji dari sisi semantik leksikal, (2) apakah makna sosial dan makna kultural dari aksesoris pakaian adat Lampung Pepadun dari sisi semiotic, dan (3) bagaimana sikap masyarakat Lampung terhadap eksisitensi pakaian adat Lampung Pepadun secara umum. Tujuan penelitian (1) mengetahui perkembangan pakaian adat Lampung pepadun, (2) memahami sikap masyarakat Lampung terhadap pakaian adat Lampung pepadun, dan (3) menelaah filosofi dan makna dalam pakaian adat Lampung pepadun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kualitatif deskiptif, linguistik antropologi. Selanjutnya teori untuk mengupas penelitian ini memakai teori semantik leksikal dan teori simeotik. Hasil penelitian yang ditemukan, perkembangan pakaian adat Lampung pepadun sangat baik. Sikap masyarakat, bangga terhadap pakaian adat Lampung pepadun. Begitu juga masyarakat pengrajin aksesoris pakaian adat dan desainer terus berinovasi. Terdapat dua puluh kosa kata aksesori pakaian adat Lampung Pepadun, yaitu (1) sigor/siger, (2) kembang cempaka, (3) beringin tumbuh, (4) serajo bulan, (5) bulang taji, (6) bebe, (7) papan jajar, (8) gelang burung, (9) gelang kano, (10) gelang ruwi, (11) gelang bibit, (12) buah manggus, (13) kalung bulan temenggal, (14) sabik inuh, (15) sabik buluh perindu, (16) selempang pinang buah jukum, (17) bidak bekilas, (18) ikat pinggang bulu serati, (19) tapis jung satrat, dan (20) tanggai.



This research discusses three things (1) what are the names and meanings of Lampung Pepadun traditional clothing accessories studied from the side of lexical semantics (2) What is the social meaning and cultural meaning of the accessories of the Lampung Pepadun traditional clothing in terms of semiotics (3) how the attitude of Lampung people for the existence of the Lampung Pepadun traditional clothing in general. The purpose of the study is (1) to know the development of Lampung pepadun traditional clothing. (2) to understand the attitude of the Lampung community towards Lampung pepadun traditional clothing (3) to examine the philosophy and meaning in Lampung traditional pepadun clothing. The method used in this study is descriptive qualitative methods with anthropology linguistic. Furthermore, the theory used to explore this research are lexical semantic theory and simeotic theory. The results of the research show that the development of Lampung traditional pepadun clothing is very good. The people of Lampung are proud of Lampung traditional clothing pepadun. Likewise, the crafters of traditional clothes accessories and designers continue to innovate. There are twenty vocabularies of Lampung Pepadun traditional clothing accessories, they are (1) sigor/siger, (2) kembang cempaka, (3) beringin tumbuh, (4) serajo bulan, (5) bulang taji, (6) bebe, (7) papan jajar, (8) gelang burung, (9) gelang kano, (10) gelang ruwi, (11) gelang bibit, (12) buah manggus, (13) kalung bulan temenggal, (14) sabik inuh, (15) sabik buluh perindu, (16) selempang pinang buah jukum, (17) bidak bekilas, (18) ikat pinggang bulu serati, (19) tapis jung satrat, dan (20) tanggai.


Keywords


traditional clothing accessories; Lampung Pepadun custom; lexical semantics; local wisdom

Full Text:

PDF

References


Ariyani, F. (2014). “Distribusi Verba Berprefiks {N-} pada Bahasa Lampung dalam Kitab Kuntara Raja Niti dan Buku Ajar: Kajian Morfologi,” dalam jurnal Ranah, 124—134.

Buchari, Al dkk. (2014). Pakaian dan Perhiasan Pengantin Tradisonal Lampung. Bandarlampung: Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Daerah Provinsi Lampung

Chaer, A. (1995). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chaidar, A. (2000). Lampung Bersimbah Darah. Jakarta: Madani Press.

Djajasudarma, T. F. (1993). Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian. Bandung: Eresco.

_______. (2013). Semantik; Relasi Makna, Paradigmatik, dan Derivasional. Bandung: PT Refika Aditama.

Foley, William A. (1997). Anthropological Linguistics. Oxford: Blackwell.

Geertz, Clifford. (1973). The Interpretation of Cultures. New York: Basic Books.

H.M., J. (2010). “Watteu Mengan dan Acaro Mengan: Budaya Negeri Tuho, Lampung Timur. Menyelamat Bahasa Ibu Sebagai Kekayaan Budaya Nasional,” Bandung: Diterbitkan Atas Kerja Sama Panitia Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu, Balai Bahasa Bandung, dan Alqa Print. (hlm. 383—387).

Hoed, B. H. (2011). Semiotik & Dinamika Sosial Budaya. Penagantar: Tommy Christomy. Depok: Komunitas Bambu.

Kherustika, Zuraida, dkk. (2008). “Ruwa Jura” Pakaian Adat Upacara Adat Begawi Cakak Pepadun. Bandarlampung: Pemerintah Provinsi Lampung Dinas Kebudayaan dan Pariwisata UPTD Museum Negeri Provinsi Lampung.

Kamus, T. (2008). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: PT Gramedia.

Kastri, E. M. (2011). “Makna Sebuah Pisaan: Wujud Piil Pesenggiri,” dalam jurnal Kelasa, 11—24.

Khalik, A. T. (2003). Begawi Cakak Pepadun Dalam Adat Istiadat Megou Pak Tulangbawang Lampung. Bandarlampung: IAIN Raden Intan.

Mahsun. (2005). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekninya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Moleong, L. (1993). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

_______. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Roveneldo. (2015). “Korespondensi Bunyi Bahasa Lampung Dialek Tulangbawang,” dalam jurnal Madah, Vol. 6 No. 1, hlm. 91— 99.

_______. (2017). “Prosesi Perkawinan Lampung Pepadun Sebagai Bentuk Pelestarian Bahasa Lampung,” dalam jurnal Ranah , Vol. 6, No. 2, hlm. 220–234.

_______. (2016). “Studi Kelayakan Pembelajaran Bahasa Lampung di SDN 3 Segalamider Bandarlampung,” dalam jurnal Kelasa, hlm. 257—266.

Syahrul, N. (2010). “Problematik Pembelajaran Bahasa Lampung,” dalam prosiding Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu (hlm. 383—387). Bandung: Balai Bahasa Bandung dan Alqa Print.

Wahyuni, T. (2010). “Menyoal Karut Marut Penggunaan Bahasa Daerah di Lampung,” dalam prosiding Seminar Internasional Hari Bahasa Ibu. Bandung: Balai Bahasa Bandung dan Alqa Print.

Wijaya, I. D. (2015). Pengantar Semantik Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. (2015). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Program Studi S-2 Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta: Pustaka.

Zoest, P. S. (1991). Serba-Serbi Semiotika. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.




DOI: https://doi.org/10.37671/sb.v6i2.137

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2018 Sirok Bastra

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

 
 
______________________________________________________________________________________________________________________________________________
 
Publisher and Copyright @Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung
Kompleks Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 
Jalan Pulau Bangka, Airitam, Pangkalpinang 
Telepon: 0717-438455; Faksimile: (0717) 9103317 
Pos-el: sirokbastra@kemdikbud.go.id