BENTUK KERAGAMAN LEKSIKON FLORA DALAM PENGOBATAN TRADISIONAL MASYARAKAT DAYAK HALONG: KAJIAN EKOLINGUISTIK (Forms of Flora Lexicon Diversity in Traditional Medicine of the Dayak Halong Community: Ecolinguistic Study)
Abstract
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk keragaman leksikon flora dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Halong. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa leksikon flora yang digunakan sebagai pengobatan tradisional yang diperoleh dari balian atau tokoh adat. Adapun, data sekunder diperoleh dari sejumlah kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini dilakukan tiga langkah kerja, yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. Penyediaan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak, dengan teknik rekam, catat, dan wawancara. Penganalisisan data dilakukan dengan menggunakan metode padan. Penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian informal. Dari hasil analisis ditemukan 40 leksikon flora dan 6 bentuk keragaman flora dalam pengobatan tradisional masyarakat Dayak Halong. Bentuk leksikon yang ditemukan, yaitu (1) leksikon yang berwujud kata yang terdiri atas leksikon yang berwujud kata dasar dan leksikon yang berwujud kata ulang; (2) leksikon yang berwujud frase. Dalam kategori linguistik, keempat puluh leksikon flora tersebut tergolong bermakna bernyawa dan dapat diklasifikasikan berdasarkan bentuk dasar, bentuk turunan, dan bentuk ulang. Dalam kategori ekologi keempat puluh leksikon flora itu termasuk tumbuhan biotik. Bentuk keragaman flora yang ditemukan berbentuk habitus (1) pohon, (2) parasit, (3) rumput, (4) perdu, (5) liana, dan (6) semak. Bentuk keragaman leksikon flora tersebut termasuk dalam lingkungan ragawi dan lingkungan sosial yang terkait dengan lingkungan geografis, yakni lingkungan tempat masyarakat Dayak Halong memanfaatkan flora untuk pengobatan tradisional. Pemanfaatan flora tersebut menggunakan bagian akar, umbi, daun, pucuk daun, batang, bunga, buah, dan biji tumbuhan. Cara penggunaannya adalah dengan cara direbus, direndam, diusapkan, dikompreskan, ditempelkan, dioleskan pada bagian yang sakit, serta diseduh langsung.
This study aims to describe the diversity of flora lexicon in traditional medicine of the Dayak Halong community. The method used in this research is descriptive qualitative. This study uses primary data and secondary data. Primary data in the form of flora lexicon used as traditional medicine obtained from balian or traditional leaders. Meanwhile, secondary data was obtained from a number of literature studies related to this research. In this study, three work steps were carried out, namely: the stage of providing data, the stage of data analysis, and the stage of presenting the results of data analysis. The provision of data in this study used the listening method, with recording, note taking, and interviewing techniques. Data analysis was carried out using the equivalent method. Presentation of the results of data analysis using the method of informal presentation. From the results of the analysis found 40 flora lexicon and 6 forms of flora diversity in traditional medicine of the Dayak Halong community. The forms of lexicon found are (1) lexicon in the form of word consisting of lexicon in the form of basic words and lexicon in the form of repeated words; (2) lexicon in the form of phrases. In the linguistic category, the forty flora lexicons are classified as animate and can be classified based on basic forms, derived forms, and re-forms. In the forty ecological categories of the flora lexicon, it includes biotic plants. The forms of flora diversity found were in the form of habitus (1) trees, (2) parasites, (3) grass, (4) clumps, (5) lianas, and (6) shrubs. The forms of diversity in the flora lexicon are included in the physical environment and social environment related to the geographical environment, namely the environment were the Dayak Halong community uses flora for traditional medicine. Utilization of the flora uses the roots, tubers, leaves, leaf shoots, stems, flowers, fruits, and seed of plants. How to use it is by boiling, soaking, rubbing, compressing, affixed, smeared on the sick, and brewed directly.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Ahmad, M., & Supriadi, A. (2020). “Konservasi Alam dalam Novel Kekal Karya Jalu Kancana (Kajian Ekokritik). Sirok Bastra, 8(2), 152–158.
Budhiono, R. H. (2017). Leksikon Alat dan Aktivitas Bertanam Padi dalam Bahasa Jawa. Kandai, 13(2), 235–248.
Bungin, B. (2008). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenda Media.
Chaer, A. (2007). Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Rineka Cipta.
Djuweng, S. (2015). "Tradisi Lisan Dayak dan Modernisasi: Refleksi Metodologis Penelitian Sosial Positif dan Penelitian Partisipatoris". Dalam Pudentia (Ed.). Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Fill, A., & Muhlhausler. (2001). The Echolinguistics Reader: Language, Ecology, and Environment. London: and New York: Continuum.
Garvita, R. V. (2015). "Pemanfaatan Tumbuhan Obat secara Tradisional untuk Memperlancar Persalinan oleh Suku Dayak Meratus di Kalimantan Selatan". Warta Kebun Raya, 13(2), 51–58.
Hestiyana. (2018). "Leksikon Nama Penyakit dan Ritual Adat pengobatan Suku Dayak Halong". Setali Seminar Tahunan Linguistik Ba-Hasa Di Era Digital: Peluang Atau An-Caman?, 314–318.
Kridalaksana, H. (2011). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lindo, A. V., & Simonsen, S. S. (2000). "The Dialectics and Varieties of Agency the Ecology of Subject, Person, and Agen". In Dialectical Ecolinguistics. Three Essays for the Symposium 30 Years of Language and Ecology in Graz December 2000. University of Odense Research Group for Ecology, Language and Ecology.
Mahsun, M. S. (2013). Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Mbete, A. M., dkk. (2015). "Khazanah Ekoleksikal Guyub Tutur Bahasa Lio, Flores". Laporan Penelitian. Bali: Universitas Udayana.
Moleong, L. J. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nabiring, E. (2013). Kamus Populer Dayak Balangan. Balangan: Dewan Adat Dayak Balangan.
Ndruru, M. (2020). "Leksikon Flora pada Bolanafo bagi Guyub Tutur Nias Kajian Ekolinguistik". Education and Development, 8(2), 257—260.
Noorcahyati. (2012). Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan. Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam.
Novrinawati, A. D. (2016). "Keanekaragaman Tumbuhan Obat pada Jalur Pendakian Lereng Gunung Andong, Dusun Sawit, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah". Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Saodih, S. N. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Sanata Dharma University Press.
Tim, Redaksi. (2009). Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa.
Utami, G. W. N. (2017). "Relasi Makna Leksikon Tiing dalam Bahasa Bali Berbasis Lingkungan". Litera, 3(1), 67–77.
Wijana, I. D. P. (2015). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
DOI: https://doi.org/10.37671/sb.v9i2.288
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Sirok Bastra

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Jalan Pulau Bangka, Airitam, Pangkalpinang
Telepon: 0717-438455; Faksimile: (0717) 9103317
Pos-el: sirokbastra@kemdikbud.go.id