ELSA DALAM CENGKERAMAN DISNEY
Abstract
Beberapa dekade terakhir, Disney menghadirkan tokoh princess dengan konsep baru, seperti Merida (The Brave), Mulan, atau Elsa. Para princess konsep baru itu seolah mendapatkan kebebasan yang lebih banyak untuk berkiprah di ranah publik daripada para princess terdahulu, seperti Cinderela atau Snow White. Jika ditelaah lebih lanjut, tidak ada perbedaan berarti di antara para putri tersebut. Disney tetaplah pemangku adat patriarkis yang tidak pernah melepas stigma yang dihadirkan dalam konsep putri tradisionalnya. Tujuan penelitian ini untuk mengamati apakah sosok Elsa hadir dengan konsep kebebasan yang seutuhnya. Penelitian tentang konsep princess tersebut dibatasi pada kondisi Elsa sebagai objek penelitian dalam film Frozen II yang merupakan sekuel dari Frozen I. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif pada data primer berupa lirik lagu original soundtrack (OST) dan data sekunder berupa gambar adegan dalam film yang relevan dengan poin-poin dalam lirik tersebut. Pembahasan tentang Elsa dilakukan dengan Analisis Framing dari Pan dan Kosicki. Analisis tersebut membingkai beberapa hal yang menjadi penjara sublime maskulin bagi seorang Elsa dalam lirik dan data visual. Hasil amatan sementara dalam penelitian ini adalah bahwa Elsa tidak sepenuhnya diberikan kebebasan sebagai princess dengan konsep baru.
In the last few decades, Disney presents princess figures with new concepts, such as Merida (The Brave), Mulan, or Elsa. The new concept of princesses seemed to get more freedom on being public domain than the previous princesses, such as Cinderella, and Snow White. However, if explored further, there are no significant differences between them. Disney remains the absolute holder of masculinity. He never let go of the presented princesses from his traditional princess concept. The purpose of this research was to aprrove whether Elsa was completely present with the concept of freedom? Research on the concept of princess is limited to Elsa's condition as an object of research in Frozen II as a sequel to Frozen I. This research is a qualitative study conducted with descriptive methods in the primary data in the form of OST song lyrics and secondary data in the form of image scenes in films that are relevant to the points in the lyrics. The discussion about Elsa was carried out with Framing Analysis from Pan and Kosicki. The analysis well-framed those matters that could be her masculine sumblime barriers, found at lyrics and visual corpus. The result of a temporary observation in this study was that Elsa was not fully freed as a princess with a new concept.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Aditia, Andika, dan Setuningsih, Novianti. 2019. “Review Film Frozen 2: Menguak Misteri dan Jati Diri Elsa”, diperoleh dari https://www.kompas.com/hype/read/2019/11/20/134133866/review-film-Frozen-2-menguak-misteri-dan-jati-diri-elsa?page=all diunduh 30 Desember 2019, pukul 16:06 WIB.
Anderson-Lopez, Kristen, dan Robert Lopez. 2013. “Let It Go”. OST Frozen. USA: Wonderland Music Company.
_____. 2019. “All Is Found”. OST Frozen. USA: Wonderland Music Company.
_____. 2019. “Show Yourself”. OST Frozen. USA: Wonderland Music Company.
_____. 2019. “Into the Unknown”. OST Frozen. USA: Wonderland Music Company.
Aprinta, Gita. 2011. “Kajian Media Massa: Representasi Girl Power Wanita Modern dalam Media Online (Studi Framing Girl Power dalam Rubrik Karir dan Keuangan Femina Online)”, Jurnal Messenger, Vol. II, Nomor 2, Edisi Januari 2011.
Buck, Chris dan Lee, Jennifer. 2013. Frozen. USA: Walt Disney Productions.
Buck, Chris dan Lee, Jennifer. 2019. Frozen II. USA: Walt Disney Productions.
Diananto, Wayan. 2019. “Frozen 2: Tak Sesolid yang Pertama, Ikatan Emosi Elsa Anna Bikin Mata Berkaca”, diperoleh dari https://www.liputan6.com/showbiz/read/4116804/Frozen-2-tak-sesolid-yang-pertama-ikatan-emosi-elsa-anna-bikin-mata-berkaca diunduh 30 Desember 2019, pukul 15:58 WIB.
Eriyanto. 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideology, dan Politik Media. Yogyakarta: LKIS.
Mendelson, Scott. 2020. “Box Office: Overseas Disinterest In ‘Star Wars’ Helps ‘Frozen 2’ Become The Tenth-Highest Grosser Ever” dalam https://www.forbes.com/sites/scottmendelson/2020/01/23/box-office-bombs-and-overseas-apathy-for-star-wars-pushed-Frozen-2-into-the-top-ten/#5a2f84d258e5 diunduh 16 April 2020, pukul 15:46 WIB.
Nurfaidah, Resti. (2019). “Konsep Putri ala Disney: Perbandingan Dalam Lirik Soundtrack Film Disney”. Dalam Pressanti, Desi Ari, dkk. (ed.), Seminar Hasil Penelitian Kesastraan (hlm. 112--129). Semarang: Balai Bahasa Jawa Tengah.
Pan, Zhongdang, dan Konsicki, Gerald M. 1993. “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” dalam Political Communication, Volume 10, Nomor 1, 1993. United Kingdom: Taylor & Francis online.
Pan, Zhongdang, dan Kosicki, Gerald M. 1993. “Framing Analysis: An Approach to News Discourse” dalam Political Communication, Volume 10, Nomor 1, 1993. United Kingdom: Taylor & Francis online.
Pujiati, Hat. 2019. Kembalinya Pesona Dunia dalam Fiksi Posmodernis Perspektif Brian Mchale. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
Rahmalah, Mentari Meina. 2008. “Kutukan Sebagai Bentuk Opresi atas perempuan dan Ideologi Gender dalam Film Sleeping Beauty dan Ella Enchanted”. Skripsi. Depok: UI.
Wantasen, Isnawati Lydia. 2016. “Peran Tokoh Utama Perempuan dalam Film Animasi Disney Princess Produksi Walt Disney Pictures”. Disertasi. Yogyakarta: UGM.
DOI: https://doi.org/10.37671/sb.v8i2.249
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Sirok Bastra
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Jalan Pulau Bangka, Airitam, Pangkalpinang
Telepon: 0717-438455; Faksimile: (0717) 9103317
Pos-el: sirokbastra@kemdikbud.go.id