KONSTRUKSI SEPADAN DAN TAK SEPADAN ANTARA LARIK SAMPIRAN DAN LARIK ISI SEBUAH PANTUN

Hidayatul Astar

Abstract


Pantun merupakan salah satu puisi lama Melayu yang memiliki ciri keindahan atau keteraturan bahasanya. Banyak tulisan yang telah membahas hal tersebut, tetapi belum ada yang membahas secara lebih spesifik dari sisi konstruksi sepadan dan tak sepadan antara larik sampiran pertama (S-1) dan isi pertama (I-1) dan antara larik sampiran kedua (S-2) dan isi kedua (I-2). Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Konsepsi tentang linguistik struktural hubungan sintagmatik yang dikemukan Robins (1992) dan konsepsi Alwi et.al. (2017) tentang unsur kalimat, fungsi sintaksis, susunan unsur, dan jenis kalimat menjadi acuan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada tiga bentuk konstruksi pantun. Dari 100 pantun yang diteliti, 39 pantun atau 39% berkonstruksi sepadan penuh, 41 atau 41% berkonstruksi sepadan sebagian, dan 20 atau 20% berkonstruksi tak sepadan. Ketiga kategori konstruksi tersebut ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Pantun kategori pertama ditandai oleh jumlah unsur, jumlah kata, fungsi sintaksis, susunan unsur, dan jenis kalimat yang sama; pantun kategori kedua ditandai oleh kesamaan dan ketaksamaan kelima aspek tersebut; pantun kategori ketiga ditandai oleh jumlah unsur dan fungsi sintaksis yang tak sama dan susunan unsur dan jenis kalimat yang sama dan tak sama. Pantun berkonstruksi sepadan lebih indah atau lebih teratur bahasanya daripada yang tak sepadan dan dapat menjadi acuan ketika berpantun.

 

Pantun is one of the old Malay poems which has a characteristic of regularity of language. The beauty of pantun language has been discussed in many writings, but no one has discussed more specifically in term of its construction. This article discusses the form construction between the first sampiran lines (S-1) and the first content (I-1) and between the second sampiran lines (S-2) and the second content (I-2) of a pantun. The method used is descriptive qualitative method. A reference for data analysis is followed the conception of structural linguistics of syntagmatic relations proposed by Robins (1992) and Alwi et.al. (2017) specially syntactic elements, syntactic functions, sequence of elements, and type of sentence. The results of this study to show that there are three construction of pantun. Out of 100 pantun studied, 39 or 39% had full commensurate construction, 41 or 41% had partially commensurate construction, and 20 or 20% had incommensurate construction. All three construction kategories are marked by certain charecteristics. The first pantun kategories is characterized by the number of elements, number of words, syntactic functions, sequence of elements, and type of sentence of the same. The second pantun kategories is characterized by all five aspects of the same and not.The third pantun kategories is characterized by the number of elements and syntactic functions that are not the same and the sequence of elements and type of sentence of the same and not. Pantuns with commensurate constructions are more beautiful than pantuns that incommensurate and can be reference.


Keywords


konstruksi sepadan; pantun; sampiran; isi

Full Text:

PDF

References


Alwi, Hasan, dkk. (2017). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Agustina, Rini dan Dea Amalia. (2016). “Analisis Struktur Fisik Dalam Pantun Dan Budaya Adat Istiadat dan Tata Cara Perkawinan Kabupaten Sambas Karya Hamdan Simad Dan Muhanni Abdur”. Lingua. Vol. XII, No. 1, 1—12.

Amin, Md. Salmah. Koleksi Pantun Melayu Klasik. (2012). [https://www.slideshare. net/ salmahmdamin/koleksi-pantun-melayu-klasik], diakes, Rabu, 15 Mei 2019 pkl. 11.20

Amirlah, Jeni. (2012). Pantun Melayu. [https://amirlahjeni.wordpress.com/2012/04/20/pantun-melayu-4/ ] diunduh, Senin, 20 Mei 2019, pkl 12.36

Amrullah, Amri. (2018). “Susi, Somad, Sandi, dan Basuki Berpantun Jenaka Tanpa Sara”. [https://www.republika.co.id/berita/nasional/tokoh perubahan/18/04/11/p6zulu 384-susi-somad-sandi-dan-basuki-ber-pantun-jenaka-tanpa-sara], diakses Senin, 5 November 2018 pkl. 13.16.

Andriani, Tuti. (2012). “Pantun dalam Kehidupan Melayu”. Jurnal Sosial Budaya. Vol. 9, No. 2, 195--211.

Astar, Hidayatul. (2017). Bahasa Pantun Bangka. Yogyakarta: Azzagrafika.

Astar, Hidayatul. (2019). “Model Pantun Ditinjau dari Kesepadanan Struktur Kalimat Dasarnya”. Gramatika. Vol. 7, No.2 , 115—125.

Azemi, Pakde. (2011). Koleksi Pantun Melayu Klasik. [https://pakdeazemi.wordpress. com/2011/12/08/koleksi-pantun-melayu-klasik/ ] diunduh, Rabu 15 Mei 2019, pkl 14.02

CNN Indonesia. (2018). “Jurus 'Pantun' Jokowi Demi Raih Suara Pilpres di Sumatera”. [https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190406145017-32-383921/jurus-pantun-jokowi-demi-raih-suara-pilpres-di-sumatera] diakses, Jumat 12 April 2019 pkl. 10.24

Sedyawati, Edy, dkk. (2004). Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Hendra. M. (2018). “25 Pantun Gubernur Sumatera Barat untuk Presiden Joko Widodo”.[https://kumparan.com/langkanid/25-pantun-gubernur-sumbar-untuk-presiden-joko-widodo], diakses, Rabu 9 Januari 2019 pkl 10.30

Malau, Srihandriatmo. (2019). “Ketika Ketua Komisi X Buat Pantun Khusus untuk Nadiem, Kata Anggota Nggak Nyambung”. [ https://www.tribunnews.com/nasional/2019/12/12/ketika-ketua-komisi-x-buat-pantun-khusus-untuk-nadiem-kata-anggota-nggak-nyambung], diakses, Jumat, 13 Desember 2019 pkl. 14.12

Majod, Ali Mohamad. (2006). Pantun Budi Bahasa (Siri Koleksi Pantun Kanak-kanak Bertema). Kuala Lumpur: Sanon Printing Corporation Sdn Bhd.

Liaw Yock Fang. (2013). A History of Classical Malay Literature. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Rahman, Muhammad Azmi Ab. (2016). “Penjelmaan dan Penghayatan Asmaul Husna dalam Gunung Iman Puncak Takwa”. Makalah Dialog Puncak Karyawan Angkatan Sasterawan Nasional Kedah (Asasi) 23 hingga 25 Disember.

Robins, R.H. (1991). Linguitik Umum sebagai Pengantar. Diterjemahkan oleh Superjati Jayanegara dari judul asli General Linguitics. Jakarta: Kanisius.

Gayatri, Satya. (2010). “Sistem Formula dan Fungsi Sastra Lisan Ronggeng Pasaman”. Dalam Wacana Etnik. Vol. 1, Nomor 1, Aprik, 79--94.

Wiana, Desri. (2010). “Analisis Tema dalam Pantun Melayu (Suatu Kajian Fungsional Linguistik). Dalam Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Vol. 3, Nomor 2, Desember, 384--391.




DOI: https://doi.org/10.37671/sb.v8i1.201

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Sirok Bastra

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

 
 
______________________________________________________________________________________________________________________________________________
 
Publisher and Copyright @Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung
Kompleks Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 
Jalan Pulau Bangka, Airitam, Pangkalpinang 
Telepon: 0717-438455; Faksimile: (0717) 9103317 
Pos-el: sirokbastra@kemdikbud.go.id