ANALISIS KONTEKS DAN WUJUD EKOLOGI DINDANG ANAK UNGGAT-UNGGAT APUNG ETNIK BANJAR KALIMANTAN SELATAN

Norvia Norvia

Abstract


Dindang (nyanyian atau lagu) Unggat-Unggat Apung etnik Banjar adalah dindang yang mengiringi sebuah permainan tradisional anak-anak yang berfungsi sebagai hiburan di waktu berkumpul orang tua dengan anak-anaknya di rumah. Sastra lisan khususnya dindang anak Unggat-Unggat Apung etnik Banjar merupakan dindang yang mulai kehilangan penuturnya. Hal ini disebabkan minimnya pelestarian dindang ini dalam bentuk dokumentasi tertulis, serta sudah tidak dikenalnya dindang ini di kalangan anak-anak etnik Banjar. Dindang sebagai salah satu bagian dari representasi kehidupan manusia seringkali memuat unsur budaya dan lingkungan manusia. Adanya penuangan unsur ekologi dalam sastra lisan khususnya dindang anak Unggat-Unggat Apung etnik Banjar semakin memperkuat adanya hubungan yang erat antara etnik Banjar dengan alam. Metode deskriptif kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini akan memberikan gambaran dalam bentuk kata-kata dan gambar yang mengacu pada tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 larik dindang anak Unggat-Unggat Apung etnik Banjar ditemukan unsur ekologi flora 3 kata, unsur ekologi fauna 4 kata, dan unsur ekologi budaya yang tergolong peralatan dan perlengkapan hidup etnik Banjar terdiri atas 4 kata. Kajian ekologi sastra dalam penelitian ini diterapkan sebagai upaya menggali hubungan antara sastra dan ekologi etnik Banjar sebagaimana tertuang dalam dindang anak Unggat-Unggat Apung etnik Banjar.


Dindang (song) Unggat-Unggat Apung of the Banjar ethnic group is a song that accompany a traditional children's game that functions as entertainment when parents gather with their children at home. Oral literature, especially the Dindang children of Banjar ethnics, Banjar ethnic is a song that has lost its speakers, this is due to the lack of preservation of this song in the form of written documentation, and this song is unknown among the Banjar ethnic children. Dindang as one part of the representation of human life often includes elements of human culture and environment. The existence of the pouring of ecological elements in oral literature, especially the existence of a close relationship between ethnic Banjar with its nature which is reflected in the song. The qualitative descriptive method used in this study will provide an overview in the form of words and images that refer to the purpose of the study. The results of the study found that from 33 lines of Dindang Unggat-Unggit Apung, found three ecological elements of flora, four ecological elements of fauna, and cultural ecological elements belonging to Banjar ethnic equipment and life equipment consisting of 4 words. The study of literary ecology in this study was applied as an effort to explore the relationship between literature and ecology of the Banjar ethnicity as set in the song of Dindang Unggat-Unggit Apung.


Keywords


analisis konteks; wujud ekologi; dindang anak; etnik Banjar

Full Text:

PDF

References


Adeliani, N. (2015). LAGU MENIDURKAN ANAK PADA MASYARAKAT BANJAR: Kajian Bentuk, Makna, dan Fungsi. Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman, 13(2), 265–283. https://doi.org/10.18592/al-banjari.v13i2.403

Danandjaja, J. (2007). Folklor Indonesia: ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Pustaka Utama Grafiti.

Endraswara, S. (2016). Metodologi penelitian sastra ekologi konsep langkah dan penerapan). CAPS (Center for Academic Publishing Service).

Hasuna, H. K., & Bahasa, P. (2018). makna, sastra lisan Banjar, dindang. 3(1), 47–55.

Leksono, A. S. (2007). Ekologi: Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Bayumedia Publishing.

Lembah, G. (n.d.). Sastra Lisan Di Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli ( Kajian Ekokritik ). 118–125.

McNaughton, S.J. dan Wolf, L. L. (1989). Ekologi umum. World Bank Educaation IX Project.

Pudentia. (2008). Metodologi kajian tradisi lisan. Asosiasi Tradisi Lisan.

Rafiek. (2017). Teori sastra, dari kelisanan sampai perfilman. Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Lambung Mangkurat dan Pustaka Pelajar.

Salleh, M. H. (1995). Menyurat pada dengung: lipatan lisan pada sastra tertulis. Warta ATL. ATL.

Sibarani, R. (2012). Kearifan Lokal; Hakikat, Peran, dan Metode Tradisi Lisan. ATL.

Sudikan, S. Y. (2015). Metode penelitian sastra lisan. CV.Pustaka Ilalang Group.

Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method). Alfabeta.

Tawaulu, A. K. (2017). Analisis Konteks dan Proses Penciptaan Nyanyian Lusi Negeri Dulak Kecamatan Pulau Gorom Kabupaten Seram Bagian Timur. Riksa Bahasa, 3, 32–44.




DOI: https://doi.org/10.37671/sb.v8i2.196

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Sirok Bastra

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

 
 
______________________________________________________________________________________________________________________________________________
 
Publisher and Copyright @Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung
Kompleks Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 
Jalan Pulau Bangka, Airitam, Pangkalpinang 
Telepon: 0717-438455; Faksimile: (0717) 9103317 
Pos-el: sirokbastra@kemdikbud.go.id