MOTIF IBU TIRI DAN HEWAN AJAIB DALAM TIGA CERITA RAKYAT INDONESIA (The Motives of The Stepmothers and The Magical Animals in Three Indonesian Folklore)

Siti Sofiah Fitriyani, Heni Endriyani, Seina Dwi Nurmadila

Abstract


Penelitian ini dilatarbelakangi keberadaan cerita rakyat yang sudah dikenal oleh khalayak umum, yakni cerita Ciung Wanara dan Cindelaras. Namun, di samping cerita rakyat yang sudah diketahui tersebut, terdapat pula cerita rakyat sejenis yang belum diketahui oleh masyarakat luas. Cerita rakyat itu adalah cerita rakyat Asal-usul Warna Merah pada Pohon Pisang yang notabene memiliki kemiripan dengan cerita rakyat Ciung Wanara, dan cerita rakyat Cindelaras. Kemiripan yang muncul dari ketiga cerita rakyat ini dapat dilihat dari motif-motif yang hadir melalui unsur intrinsik cerita, khususnya dalam tokoh dan alur. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan sastra bandingan. Adapun teori yang digunakan, yaitu teori folklor dan motif Thomson. Sumber data dari penelitian ini ialah data primer dan sekunder. Data primer didapatkan melalui proses wawancara secara langusng dengan narasumber, sedangkan data sekunder didapatkan melalui media internet. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua motif yang paling dominan di antara cerita rakyat Ciung Wanara, Cindelaras, dan Asal-usul Warna Merah pada Pohon Pisang. Kedua motif tersebut yaitu motif ibu tiri dan motif hewan ajaib. Hal ini menunjukkan jika dalam ketiga cerita rakyat tersebut dapat ditarik benang merah yang mengindikasikan kesamaan melalui motif yang dominan. Namun, terdapat juga perbedaan yang dilatarbelakangi oleh kebudayaan kolektif pemiliknya, sehingga dapat dikatakan jika ketiga cerita rakyat ini merupakan cerita yang berbeda tetapi dengan karakteristik yang hampir sama.

 

This research is motivated by the existence of folklore that is well-known by the general public, namely the story of Ciung Wanara and Cindelaras. However, in addition to the known folklore, there are also similar folklore that is not yet known by the wider community. The folklore is the folklore of the Origin of the Red Color on the Banana Tree which incidentally has similarities with Ciung Wanara folklore, and Cindelaras folklore. Similarities that emerge from these three folklore can be seen from the motives that are present through the intrinsic elements of the story, especially in characters and plot. The method used in this research is descriptive qualitative method with a comparative literary approach. The theory used is the folklore theory and Thomson's motives. Data sources from this study are primary and secondary data. Primary data weve the interview process directly with the resource persons, while secondary data obtained through internet media. The results of this study indicate that there are two of the most dominant motives among Ciung Wanara folklore, Cindelaras, and the Red Origin of Banana Trees. The two motives are: 1) the stepmother's motives; and 2) the magical animal motive. This shows that in all three folklore a red thread can be drawn indicating similarity through dominant motives. However, there are also differences that are motivated by the collective culture of their owners, so it can be said if these three folklore are different stories but with almost the same characteristics.

Keywords


folklore; legend; comparative caste; motive

Full Text:

PDF

References


Anonim. (2015). Haryanto, Ignatius. 2012. “Macam-macam Cerpen Anak dari AESOP yang Mengajarkan Karakter. Jacob Utama dalam Lintasan Sejarah Pers,” dalam dongengceritarakyat.com. diakses 25 Januari 2020, pukul 16.22 WIB.

Ariawan, I Gusti Bagus Adi. (2014). “Perbandingan Dongeng Momotaro (Jepang) dan Timun Emas (Indonesia)”. Jurnal Humanis. Vol. 8, No. 1, hlm. 5-6.

Danandjaja, James. (1986). Folklor Indonesia. Jakarta: Grafities

Endraswara, S. (2011). Metodologi Penelitian Sastra Bandingan. Jakarta: Bukupop.

Jada, A. K. (2016). Perbandingan Cerita Rakyat Jepang Yuki-Onna dan Cerita Rakyat Indonesia Dewi Nawang Wulan Analisis Nilai-nilai Moral. (Skripsi). Program Studi Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Semarang.

Moloeng, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

Rachmat, A. & Yuniadi, A. (2018). Simbolisme Ayam Jago dalam Pembangunan Kultural Masyarakat Kabupaten Cianjur. Jurnal Sosiohumaniora, Vol. 20, No. 3, hlm. 254-259.

Rahayu. (2016). “Nilai Moral dalam Folklor sebagai Media Revolusi Mental Generasi Masa Depan”. Jurnal Kajian Kebahasaan dan Kesastraan. Vol. 16, No. 2. hlm. 60.

Rahman, F. (2018). Perbandingan Cerita rakyat Ciung Wanara dengan Cindelaras serta Kajian Budaya Lokal. Jurnal Metasastra, Vol. 11, No. 1: 31-44. doi: https://dx.doi.org/10.26610/metasastra.2018.v11i1.31—44.

Nuraini, Ahadia Amanda. & Wibisono, Galih. (2019). “Perbandingan Unsur Intrinsik antara Cerita Rakyat Cina Niulang Zhinu (牛郎织女) dan Cerita Rakyat Indonesia Jaka Tarub”. Jurnal Mandarin Unesa. Vol. 2, No. 1, hlm. 1.




DOI: https://doi.org/10.37671/sb.v9i1.189

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Sirok Bastra

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

 
 
______________________________________________________________________________________________________________________________________________
 
Publisher and Copyright @Kantor Bahasa Kepulauan Bangka Belitung
Kompleks Perkantoran dan Permukiman Terpadu Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 
Jalan Pulau Bangka, Airitam, Pangkalpinang 
Telepon: 0717-438455; Faksimile: (0717) 9103317 
Pos-el: sirokbastra@kemdikbud.go.id